Brain Dump : Pilihan Tepat untuk Penderita Gangguan Kecemasan dan Pekerja Kreatif


Sebelum mengambil sebuah keputusan atau mencoba satu hal, ada sebagian manusia yang acap kali dihantui keraguan. Melayang-layang di atas kepala mereka tentang kesulitan yang mungkin akan dihadapi, kegagalan yang bisa jadi akan dialami, pro kontra dari orang sekitar yang menyertai, dan jenis kecemasan yang lainnya.

Padahal semua itu adalah hal-hal yang tentu jadi kenyataan. Meski demikian, tetap saja ada yang memikirkannya sampai sulit tidur, tidak selera makan, hingga jantung yang berdegup lebih kencang disertai keringat yang membasahi telapak kaki dan tangan.

Di satu sisi, ada keuntungan yang didapat ketika kita memimirkan beragam kemungkinan sebelum memutuskan atau mencoba sesuatu. Kita bisa merumuskan banyak rencana ketika percobaan pertama gagal. Kita jadi punya pilihan kedua, saat pilihan sebelumnya tidak berjalan sesuai yang diinginkan. Keyakinan akan semakin meneguhkan langkah sebab, banyaknya jalan yang tersedia untuk sampai pada titik yang menjadi tujuan kita.

Namun, di sisi lain, pikiran-pikiran yang berkelindan tentang hal-hal yang belum tentu jadi kenyataan, dapat memunculkan keengganan mencoba atau memilih sesuatu. Sebagian manusia akan memilih main aman dengan tetap berjalan di rute yang biasa ia lalui. Mereka akan berkata tidak siap menghadapi konsekuensi atau tidak mampu beradaptasi.

Inilah yang sejak beberapa tahun lalu aku alami. Sementara, aku sadar bahwa aku tidak mungkin selamanya terkurung di pagar yang sama. Aku perlu menjejakkan kaki pada jarak yang lebih jauh. Ada tuntutan agar aku bertumbuh dengan mempratikkan hal baru. Ada dorongan memenangkan pertempuran hidup dengan cara menaikkan nilai diri.

Aku pun menemukan cara untuk mengatasi pergerakan pikiranku yang sering disebut overthinking itu. Jika aku merasa isi kepalaku terlalu sesak, aku akan meluangkan waktu untuk berkutat dengan pena dan buku. Di atas helai-helai kertas, aku tuliskan satu persatu perkara yang meracau di kepala.

Setelahnya, mereka akan aku susun mulai dari perkara yang perlu mendapatkan atensi lebih hingga perkara yang hanya perlu dimaklumi sebagai rasa yang manusiawi. Kemudian, akan terasa olehku perbedaannya. Benang-benang yang tadinya kusut, telah terurai dengan cara sederhana.

Kututup buku tersebut. Kukembalikan ia pada tempatnya. Lalu, aku menyibukkan diri dengan aktivitas fisik agar pikiranku tak lagi kembali ke mode overthinking nya.

Apa yang aku lakukan dikenal dengan istilah brain dump. Mengutip The Pleasant Mind, brain dump adalah sebuah tindakan mengekspresikan atau menuangkan isi pikiran yang ada di kepala ke dalam bentuk tulisan. Isi pikiran yang ditulis dapat berupa ide, rencana masa depan, daftar hal yang harus dilakukan, tenggat waktu pekerjaan, hingga beragam bentuk emosi yang tengah dirasakan. 

Pertama kali aku mengenal istilah brain dump dari akun instagram @psychologist.for.everyone . Saat itu, Kak Anette sang pemilik akun yang peduli dengan pentingnya merawat kesehatan mental, mengajak followersnya untuk mulai menulis jurnal. Dalam jurnal tersebut kami diarahkan untuk mengisinya dengan hal-hal yang perlu disyukuri, hal-hal menyenangkan yang dijumpai, cerita tentang efek yang dirasa setelah yoga, nature walk, serta aktvitas di luar rutinitas lainnya, dan brain dump menjadi salah satunya.

Ternyata, manfaat dari brain dump tidak hanya ditujukan untuk mereka yang punya gangguan kecemasan. Brain dump merupakan pilihan tepat bagi para pekerja kreatif agar ide mereka yang berserakan bisa diorganisir, sehingga kusutnya pikiram dapat dicegah. Bagi ibu rumah tangga, brain dump juga bisa menjadi kegiatan rutin, supaya mereka terbantu untuk menentukan skala prioritas dan kegiatan yang tumpang tindih bisa dihindari.

Brain dump baik dilakukan ketika bangun tidur di pagi hari atau sesekali ketika isi kepala sudah berdesakan. Beberapa waktu kemudiam, agar lebih efektif, kita perlu membaca ulang apa yang kita tuliskan saat melakukan brain dump. Pada tahap inu, kita dapat mengelompokkan perkara-perkara yang telah mampu kita atasi, yang berhasil dilampaui, dan yang masih menanti.

Jika kalian baru mengetahui tentang brain dump, carilah informasi lebih lanjut dan mulailah mencobanya.

Komentar

  1. Saya pernah melakukannya, Kak, tetapi baru tahu namanya brain dump. Overthinking itu memang menyiksa. Jadi ingat kasus baru-baru ini yang terjadi di jembatan Cimindi. Naudzubillahi min dzalik.

    BalasHapus
  2. Sudah lama ingin melakukan, tapi baru sebatas niat. Bismillah akan segera dilakukan agar yang berserakan di otak bisa dirapikan. Thank you, Kak Uswa

    BalasHapus
  3. Ampuh beneran ini. Menuliskan isi kepala ini yang membantuku keluar dari pikiran irasional waktu masa skripsi dulu

    BalasHapus
  4. wah brain dump ternyata serupa dengan teknik STAR pada stoic (stop, think & assessment, respond). mengurai pikiran yang kusut dengan memisahkan mana yang berada dalam kendali kita dan bukan.
    Thanks, kak Uswa. Jadi punya ide lain buat mengatasi ovt

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer