Biji Semangka
"Kakak! Aku mau semangka!" dari kejauhan Susan berteriak tatkala melihat Ninis menggigit sepotong semangka.
Susan yang sedang berada di halaman depan rumah, berlari menghampiri Ninis di ruang tamu. Sesampainya di hadapan Ninis, Susan segera menengadahkan kedua tangannya.
"Apa?" tanya Ninis ketus.
"Susan mau semangka. Bagi, Kak!"
"Ini punya Kakak. Kalau Susan mau, minta sama ibu."
Susan mendengus kesal. Bibirnya mengerucut hingga bentuknua menyerupai paruh bebek. Ia pun melangkah pergi dengan kaki yang dihentak-hentakkan.
"Ibu .... Ibu di mana?" Susan berteriak sambil menengok ke segala sisi rumah.
"Ibu di dapur, Susan," jawab sang ibu.
Susan lalu berlari ke dapur menemui sang ibu. Di sana ia meminta buah semangka bagiannya.
Ibu memberikan sebuah mangkuk berisi potongan semangaka. Susan kemudian membawa mangkuk itu dengan langkah yang sangat hati-hati menuju ruang tamu.
Susan duduk tepat di sebelah Ninis. Melihat adiknya begitu asik menikmati semangka, tiba-tiba muncul sebuah ide menarik di kepalanya.
Ninis memakan potongan semangka terakhir miliknya. Jika tadi ia menelan buah semangka beserta bijinya, kali ini ninis sengaja menampung biji semangka di tangannya.
"Loh Susan, kamu makan semangka dengan bijinya?"
"Iya lah, Kak."
"Ih, jangan!"
"Emangnya kenapa?"
"Nanti di lambung kamu biji semangkanya bisa tumbuh jadi pohon loh."
"Masa sih?" Mata susan membulat, dahinya berkerut, dan tangannya mulai memegangi perut.
"Yee, dibilangin nggak percaya. Nih, punya aku aja bijinya aku buang," ucap Ninis sambil memperlihatkan biji semangka yang ia kumpulkan di tangannya.
"Terus gimana dong Kak?"
"Waduh, gimana ya? Udah telanjur kamu telan sih."
Susan nampak makin kebingungan. Dengan terburu-buru, ia menenggak segelas penuh air di gelas milik kakaknya.
"Kok malah minum?"
"Ya biar bijinya bisa keluar bareng sama pup, Kak."
"Kalau dikasih air, ya makin cepat tumbuh. Nanti pohon semangkanya bisa sampe keluar dari mulut, hidung, dan telinga."
Susan pun berteriak dan menangis kencang. Ia meremas perutnya sambil berlari mencari ibu. Sementara, Ninis tertawa puas di ruang tamu.
"Yah, sudah habis. Minta lagi ah!" gumam Ninis ketika isi mangkuknya telah habis.
Ninis beranjak dari ruang tamu menuju dapur untuk mengisi ulang mangkuknya yang kosong dengan potongan semangka. Akan tetapi, mangkuknya terlepas dan terpelanting ke lantai saat ia melihat keadaan adiknya.
"Bu, Susan kenapa?"
"Susan tadi menelan biji semangka, Nis. Jangan-jangan kamu lupa ya, mengingatkan adikmu agar membuang biji semangkanya?"
"Ha?" Dahi Ninis mengernyit. Ia bingung dengan apa yang sedang terjadi.
Beberapa saat yang lalu Ninis sedang menggoda Susan dengan mengatakan bahwa akan tumbuh pohon semangka di perut, jika Susan menelan bijinya. Susan sempat panik dan menangis karena ia telanjur menelan biji semangka.
Ninis tidak menyangka jika gurauannya menjadi nyata. Kini dari lubang hidung dan telinga Susan telah menjalar cabang dari pohon semangka beserta daunnya. Dahan pohon itu pun perlahan mulai menjuntai dari rongga mulut Susan. Dalam hitungan menit, adiknya berubah menjadi monster pohon semangka.
"Hah! Astaga!" Ninis memekik seraya menutup mulutnya dengan kedua tangan.
Ia teringat bahwa sebelum menggoda Susan, ia juga memakan buah semangka beserta bijinya. Ninis mulai cemas jika sebentar lagi kondisinya akan sama seperti Susan.
"Aaa .... Tidak!" Ninis histeris.
Ia mulai merogoh kerongkongannya agar biji semangka yang tertelan bisa dimuntahkan. Ia juga meremas-remas perutnya, lalu memukul-mukul tengkuknya sendiri.
"Nis, kamu lagi ngapain?" Ibu tak kalah panik melihat tingkah anaknya yang seperti orang kesurupan.
Namun, apa yang dilakukan Ninis percuma. Perlahan ia merasakan sesuatu mulai merambat keluar dari lubang hidungnya, telinga, juga rongga mulutnya. Ninis hanya bisa menangis, meraung-raung.
"Nis, sadar! Kamu kenapa?" Kini Ninis merasakan tangan ibu mencubiti pipinya.
"Kak, bangun!" Ia juga merasakan tangannyan diguncang oleh Susan.
Napas Ninis terseng-sengal setelah ia membuka mata. Irama jantungnya tak karuan, kepalanya seperti habis diputar-putar.
"Ah, ternyata hanya mimpi. Jangan-jangan ini karena ulahku tadi siang?" gumam Ninis dalam hati.
Ingt bget dulu pas kecil juga dbilangin sprti itu tp krna biji buah jeruk...wkwkwkwk
BalasHapusKenapa, ya, kakak itu pada iseng sama adiknya. Seneng gitu kalau si adik merengek karena candaannya. Eh eh, Namun, saya mah nggak begitu, ya. :') Untung cuma mimpi, tadi saya khawatir Ninis membelah perutnya untuk mengeluarkan biji semangka. Sungguh liar pikiran ini.
BalasHapuskocak banget keingat dulu waktu kecil, sering di takut-takutin kalau biji semangka bisa tumbuh di perut wkwkwk
BalasHapusWkwkwk, anak kecil polos banget dibilangin begitu ya pasti percaya lah, wong aku dulu pas kecil juga percaya, haha. Dulu kalo sering ketelan tuh biji jeruk sama apel. Ya gitu, dibilangin nanti tumbuh di perut. Terus udah ketakutan banget. Lucu juga kalo diinget2...
BalasHapusNasihat populer waktu kecil. Dan aku percaya loh dulu wkwkw. Kalau diingat ingat, dulu banyak banget nasihat tak masuk akal
BalasHapus