MPASI : Pemenuhan Gizi dalam Periode 1000 HPK yang Membentuk Budaya Seumur Hidup
Selama 1000 hari pertama kehidupan, seorang manusia akan dihadapakan oleh serangkaian proses tumbuh kembang. Di dunia kesehatan periode ini dikenal dengan istilah 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) yang terbagi dalam dua fase, yakni 270 hari kehamilan dan 730 hari pasca kelahiran hingga usia 2 tahun. Periode 1000 HPK juga disebut sebagai periode emas dalam masa-masa yang kritis. Disebut periode emas, karena begitu pesatnya pertumbuhan serta perkembangan manusia selama periode ini yang tidak bisa diulang di waktu lain.
Lebih dari 1 juta koneksi saraf baru pada otak manusia akan terbentuk pada setiap detiknya di periode 1000 HPK. Jalur sensorik, seperti penglihatan dan pendengaran, adalah hal pertama yang akan berkembang di otak, lalu disusul dengan perkembangan bahasa dan fungsi kognitif. Fisik manusia pun mengalami perubahan ukuran serta bentuk yang harus dipantau secara berkala yang meliputi, pengukuran berat badan (BB), pengukuran tinggi badan (TB), pengukuran lingkar kepala (LP), pengukuran lingkar lengan (LL), pemeriksaan kondisi gigi dan mulut, dan pemeriksaan fisik lainnya.
Jika hal tersebut tidak disambut baik dengan pemenuhan kebutuhan yang cukup, maka dapat timbul hambatan-hambatan yang susah diperbaiki di masa yang akan datang. Adapun kebutuhan yang haris dipenuhi secara cukup selama periode 1000 HPK meliputi ;
1. Pemenuhan gizi
2. Stimulasi
3. Pola pengasuhan
4. Perawatan kesehatan.
Sesuai judulnya, tulisan kali ini akan membahas poin pemenuhan gizi sebagai salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi selama 1000 HPK manusia. Alasannya, karena jika gizi manusia tidak dipenuhi secara tepat, maka dikhawatirkan metabolisme dan sistem kekebalan tubuhnya tidak berfungsi dengan baik, kesehatannya akan terganggu, sehingga akan menghambat proses tumbuh kembangnya di periode emas.
Pemenuhan gizi harus dimulai sejak manusia masih berupa janin di dalam kandungan yakni melalui makanan yang dikonsumsi ibu hamil selama 270 hari. Berlanjut pada pemberian ASI Eksklusif (Air Susu Ibu) sejak ia dilahirkan hingga usia 2 tahun yaitu selama 730 hari. Di samping itu, dilakukan pemberian MPASI (Makanan Pendamping ASI) terhitung sejak usia 6 bulan dan seterusnya.
Jika diperhatikan, MPASI merupakan masa paling panjang sekaligus paling menantang dalam proses pemenuhan gizi manusia. Masa itu dimulai ketika kemampuan otak dan fisik manusia sudah jauh lebih berkembang daripada ketika ia masih berbentuk janin atau bayi baru lahir.
Pada hari Jumat, 14 Juni 2024, dalam sebuah sharing session di whatsapp group komunitas Marukaii Supermoms, Ibu Syahrima yang merupakan seorang conten creator di bidang parenting menjelaskan, bahwa proses yang dijalani anak-anak selama MPASI akan berdampak pada budaya makan mereka seumur hidupnya.
Kebayang tidak, kebiasaan makan kita saat ini adalah hasil dari proses yang kita dan orang tua jalani selama masa MPASI dulu? Jika memang kita merasa manfaatnya di tubuh baik, maka boleh lah kita lestarikan. Akan tetapi, bila sebaliknya, yuk segera kita benahi dan jangan sampai diturunkan pada anak kita.
Mari kita ketahui terlebih dahulu 4 komponen atau prinsip dasar MPASI menurut WHO :
1. Tepat Waktu
Berikan MPASI ketika ASI saja tidak lagi menucukupi kebutuhan bayi (umumnya dimulai saat usia genap 6 bulan)
2. Adekuat
MPASI yang diberikan mencukupi kebutuhan energi, protein, dan mikronutrien anak
3. Diberikan secara responsif
MPASI diberikan secara konsisten dan bertahap sesuai sinyal lapar dan kenyang bayi
4. Aman
MPASI disiapkan dan disimpan dengan aman secara kebersihan dan kesehatan.
Kalian pasti setuju bahwa MPASI adalah salah satu masa paling mendebarkan untuk dijalani. Maka, menurutku, ada tiga komponen lain yang sangat amat perlu ditambahkan. Pertama ialah kesabaran yang luasnya tidak terbatas. Kedua, ekspektasi yang tidak boleh terlalu tinggi. Ketiga, doa yang jangan sampai putus.
Ada dua pembahasan utama terkait proses MPASI yang akan menjadi budaya seseorang seumur hidup.
Pemilihan bahan makanan yang disajikan
Seperti yang sudah tertera di buku panduan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), MPASI yang diberikan harus bergizi dengan mempertimbangkan jumlah, frekuensi, tekstur/kekentalan, dan variasi makanan. Variasi makanan dalam MPASI terdiri dari :
1. Makanan pokok : beras, biji-bijian, jagung, gandum, sagu, umbi, ketela, kentang, singkong, dll
2. Sumber protein hewani : ikan, ayam, daging, hati, udang, telur, susu, dan hasil olahannya
3. Sumber protein nabatai : kedelai, kacang hijau, kacang tanah, kacang polong, dll
4. Buah dan sayur yang mengandung vitamin A dan C : jeruk, mangga, wortel, tomat, bayam, dll
Bahannya mudah kita temukan, bukan? Jadi, tidak perlu pusing lagi, ya, jika di sosial media berseliweran resep-resep MPASI yang pakai unsalted butter lah, atau perbumbuan dan perbubukan yang diklaim organik lah. Sungguh, bayi dan anak-anak tidak butuh itu.
Bahkan menurut sejumlah ahli gizi, bayi dan anak-anak harus dihindarkan dari makanan tinggi gula, garam, lemak trans, dan makanan UPF (Ultra Processed Food). Contoh makanan yang masuk dalam golongan UPF adalah biskuit, bubuk fortifikasi, es krim, kecap, saos, sereal berperisa, mie instan, nugget dalam kemasan, sosis, produk berbahan terigu, dan lain sebagainya.
Sedikit cerita, ketika awal MPASI, makanan yang aku berikan untuk anakku adalah bubur yang terbuat dari campuran nasi, sayur (bayam, wortel, buncis, atau labu), telur, dan pisang sebagai pemanis alami. Menu itu bertahan sampai usianya delapan bulan. Setelah itu, aku mulai mengenalkannya dengan menu keluarga seperti, soto, sop ceker, lodeh, dan lain-lain.
Aku dan suami pun cukup rajin menghidangkan ubi dan singkong kukus sebagai camilan, puding labu, kue nagasari, atau bubur kacang hijau. Ya, meskipun kami belum bisa mencegahnya agar sama sekali tidak mengonsumsi makanan UPF, sebab pengaruh lingkungan. Akan tetapi, karena sejak kecil dia sudah terbiasa mengonsumsi bahan makanan asli (realfood), konsumsi makanan UPF jadi sangat mudah dikontrol. Dia tidak akan protes ketika kami menerapkan batasan konsumsi.
Jadi, jangan ragu untuk mengenalkan rasa asli dari sebuah makanan untuk anak. Apa yang pertama kali dia rasa akan terekam dalam memorinya. Kita perlu lanjutkan secara konsisten agar membentuk kebiasaan hingga dewasa.
Penerapan feeding rules yang istikamah
Ada tiga poin utama dalam feeding rules yakni :
1. Hindari distraksi saat makan
Usahakan agar anak fokus pada isi piringnya. Hindarkan dari aktifitas lain seperti jalan-jalan, bermain, atau menonton gadget. Jika anak ingin menyentuh apa yang ada di piring, maka persilahkan. Biarkan dia bereksplorasi dan makan dalam keadaan senang.
2. Tetapkan durasi makan selama 30-45 menit.
Ketika sudah sampai batas maksimal durasi makan, habis atau tidak, maka sudahi. Berikan lagi makanan sesuai jadwal selanjutnya.
3. Jangan memaksa anak untuk makan
Pernah dengar istilah GTM?
Sayangnya, dalam dunia medis tidak mengenal istilah tersebut. GTM (Gerakan Tutup Mulut) hadir dari mulut ke mulut para orang tua ketika menghadapi anak yang tidak mau makan.
Yakinkan pada diri sendiri kalau anak kita sedang tidak mau makan, itu bukan GTM. Itu hanya "kurang semangat makan". Pasti ada fasenya anak kita malas makan atau bahkan milih-milih menu makanan. Ya, kurang lebih sama seperti orang dewasa yang ada masanya tidak mau makan atau semangat makan.
Saat anak tidak mau makan, jangan kita paksa. Tapi, juga jangan terlena mengikuti kemauannya.
Cari tahu dulu penyebabnya. Bisa jadi dia sedang tumbuh gigi, kurang sehat, bosan karena ingin berubah tekstur dan tampilan makanan, atau ingin suasana yang berbeda. Jangan lupa untuk selalu melatih oromotor lewat sensorik dan motoriknya.
Feeding rules ini terlihat klise dan sebagian besar orang akan beranggapan, "Hah, nulis gitu doang mah gampang. Penerapannya ini, susah minta ampun!".
Memang sepenuhnya benar. Aku setuju bahwa praktek tidak semudah ketika kita membaca teorinya. Di situlah tantangannya untuk masa depan anak. Jika kita mampu menaklukkan, maka manfaat yang luar biasa akan sama-sama dirasakan. Akan tetapi, jika kita buru-buru angkat tangan, maka bersiaplah untuk menanggung kerepotan yang berkepanjangan.
Seperti apa budaya makan yang ingin dibentuk dari penerapan proses MPASI yang tepat?
Pembahasan perkara MPASI itu amat sangat luas. Bukan hanya tentang anak dikasih menu apa, cari resep sana-sini tentang BB Booster, pusing saat BB anak tidak naik dan makannya sulit.
Pemberian makanan bergizi yang bervariasi dari sumber pangan lokal pada anak, membantunya untuk mengenali beragam rasa dan tekstur. Harapannya, dapat mengurangi risiko menjadi picky eater ketika ia tumbuh lebih besar.
Menghindarkan anak dari paparan makanan ultra processed food, akan membuat lidahnya terbiasa dengan makanan real food. Hal ini dapat meminimalisir konsumsi bahan makanan yang mengandung perisa, pewarna, dan pengawet sintetis, sehingga membantu menekan risiko anak mengalami masalah kesehatan di kemudian hari seperti, gastritis, gangguan jantung, obesitas, diabetes tipe 2, hipertensi, dan kanker.
Penerapan feeding rules yang tepat, dapat mengajarkan anak untuk mengenali ukuran porsi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh mereka. Hal ini dapat mencegah stunting juga perilaku overeating. Anak pun akan belajar untuk terbiasa dengan pola makan sehat dan teratur .
1000 hari pertama kehidupan manusia itu benar-benar momen yang berharga. Pemenuhan gizi yang tepat dan cukup akan membantu mempermudah semua aspek tumbuh kembangnya. Maka, sesulit apapun prosesnya, jangan lelah, ya. Percayalah, segala usaha kelak akan kita panen buah manisnya.
Aku tim mpasi ala KIA dan who. Kalau ala ala sosmed tuh kurang cucok. Mpasi bagiku salah satu masa paling getir dalam membesarkan anak. Apalagi kalau udah ketemu sama GTM. Ambyar...
BalasHapuswaah ini yang di sampaikan daging semua heheh, ilmu baru buat saya. dan yang mengagetkan, ternyata ada Lebih dari 1 juta koneksi saraf baru pada otak manusia akan terbentuk pada setiap detiknya. luar biasa
BalasHapusWah tipsny sgt bermanfaat sekali...trnyta kalau memberi makan itu ada rentang waktuny ya cukup 30-45 menit sajah...okey noted semua tips² ny terimaaciii...
BalasHapus