Sudahkah Kamu Mencintai Diri Sendiri?

Aku sempat mengira, bentuk dari self love adalah bagaimana caranya membuat diri sendiri merasa aman, nyaman, tenang, dan senang. Memastikan diri sendiri tidak kesakitan, terbebas dari kekhawatiran, dan jauh dari kesedihan.

Untuk mencapai itu, aku berusaha menuruti apa yang diri ini inginkan, segala yang diri ini mau, dan setiap yang membuat diri ini merasa puas. Memanjakan lidah dengan makanan enak serta minuman favorit, menghias fisik dengan polesan make up serta pakaian yang indah, menonton film, mendengarkan musik, dan melakukan hal-hal lain asalkan aku tidak bersusah hati dengan persoalan-persoalan yang ada.

Namun, segala tindakan yang aku sebutkan sebagai self love tadi, lambat laun membuaiku dalam kenyamanan. Mereka menjadikanku sosok yang gampang mengeluh, sering ragu mengambil pilihan, dan cenderung takut menghadapi risiko dari apa yang akan diputuskan. Akibatnya, tidak sedikit kesempatan baik terlewatkan, beberapa tanggung jawab terabaikan, aku pun kebingungan memilah perkara-perkara mana yang perlu diprioritaskan. Ternyata, segala perilaku yang mengatasnamakan self love membuatku mengalami banyak ketertinggalan.

Mengapa aku malah mengalami kemunduran? Benarkah aku sudah mencintai diriku sendiri?

Sadar bahwa tak ada perubahan baik dalam diri, aku pun mulai untuk mengganti dan mengurangi apa yang aku konsumsi. Bukan lagi hidangan pemuas lidah yang aku cari, melainkan makanan dan minuman yang membuat organ-organ tubuh cukup nutrisi. Bukan lagi membelanjakan uang untuk mempercantik penampilan, tapi menginvestasikannya untuk mengasah keahlian. Dari yang tadinya membiarkan diri dengan kegiatan pasif, aku menggantinya dengan aktivitas yang membuat tubuh bergerak aktif.

Dalam situasi ini aku belajar, bahwa hakikat dari self love bukanlah memanjakan diri dengan hal-hal instan, tidak semata memberi makan hasrat dengan kenyamanan. Kunci dari self love adalah menjaga diri sendiri dari perbuatan yang berpotensi merusak masa depan.

Dalam praktiknya memang akan nampak seolah aku sedang menyiksa diri sendiri. Mengonsumsi makanan dan minuman yang cenderung hambar karena sedang diet gula, berlelah-lelah olahraga, menahan kantuk untuk qiamulail, jarang hangout karena sibuk belajar, berhemat agar bisa menabung dan bersedekah, serta segala sesuatu yang sifatnya menahan diri untuk mengeksploitasi kenikmatan duniawi.

Sebab, mengawali sebuah perubahan untuk tujuan yang baik memang tidak mudah, terlebih jika itu dilakukan dalam hal menjauhi larangan Tuhan demi menaati perintah-Nya. Dari yang awalnya bisa melakukan segala sesuatu seenak hati, jadi harus membatasi diri. Pasti muncul beragam godaan agar manusia tidak bisa konsisten dengan prosesnya. 

Maka, selain niat, perjalanan mencintai diri sendiri harus diiringi dengan doa, memohon perlindungan, penjagaan, dan bimbingan Tuhan senantiasa. Kesadaran tentang kematian yang tanpa aba-aba, perihal pemberian Tuhan yang hanya sekadar titipan juga perlu dipelihara. 

Mari belajar memahami diri dengan menerima segala emosi; bahagia, marah, dan sedih. Akui apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan, lalu kelola keduanya menjadi sumber kekuatan. Isilah waktu luang dengan kegiatan yang membawa dampak kebaikan bagi diri sendiri juga orang sekitar.

Tidak ada salahnya jika ingin menikmati pernak-pernik duniawi, asal sekadarnya dan tidak menjadikan diri terjebak dalam buaian yang melenakan, hingga lupa daratan. Efek buruknya tidak akan dirasakan dalam hitungan detik, tapi dalam jangka panjang. Jangan melawan lupa, bahwa penyesalan selalu datang belakangan.

Komentar

  1. Terima kasih banyak insight-nya, Kak. Tadinya saya tidak terpikir ke sana. Ternyata self love itu tidak semata-mata perihal pemuasan hasrat. Ada banyak hal yang harus lebih kita pikirkan secara esensinya. Contohnya, mengonsumsi makanan yang sehat, sebaiknya kita tidak hanya terpaku pada enak dan tidaknya saja.

    BalasHapus
  2. Ya, Kak, aku pernah merasa seperti itu juga. Kupikir self love dan self reward adalah memanjakan diri tanpa peduli apakah hasilnya akan menyiksa di kemudian hari atau tidak. Apakah melahirkan penyesalan atau tidak. Padahal seharusnya self reward itu bisa menjadikan diri lebih baik di masa mendatang.

    BalasHapus
  3. self love bisa jadi salah kaprah kalau harus mengukuti semua kemauan diri dan membuat nyaman diri. self love lebih jauh dari itu semua. seharusnya self love membuat kita bertumbuh. Sharing pengalamannya berguna banget kakkk.

    BalasHapus
  4. terimakasih mba remindernya, berasa ketamampar juga nih. Aku sering mengatasnamakan selflove & selfreward buat nurutin ego sendiri, huhu

    BalasHapus
  5. True, semangat mencintai diri sendiri. Jalani, nikmati, dan tetap dalam koridorNya. Makasih untuk tulisan penuh maknanya Kak, terbaik^^

    BalasHapus
  6. betul, yang penting berkecukupan sambil bersyukur adalah pengundang kunci keberkahan. Salah satu cara memahami diri, yang cukup mudah, adalah rajin beres-beres kamar. Siapa tahu, kita jadi ketemu album foto lama yang mengingatkan bahwa semula kita belum jadi siapa-siapa, kini jadi sesuatu.

    BalasHapus
  7. Karena dunia hanya sementara kak.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer