Persalinan Normal atau Caesar?
Proses menghadirkan buah hati di tengah keluarga itu tidak mudah. Ada yang harus menunggu sekian tahun dengan rangkaian prosedur hingga akhirnya berkesempatan mengandung. Dilanjutkan dengan masa mengandung selama kurang lebih 9 bulan yang terbilang sulit. Tingkat kesulitan tersebut tentu sudah Allah sesuaikan dengan kemampuan masing-masing individu dalam menjalaninya. Kemudian, hari melahirkan pun tiba. Pada momen tersebut, sebagian ibu harus dihadapkan dengan pilihan persalinan secara normal atau caesar.
Persalinan Normal
Persalinan normal adalah istilah bagi ibu yang melahirkan bayi melalui vagina. Proses ini akan dijalani ibu hamil ketika janin yang dikandungnya siap untuk dilahirkan, umumnya terjadi antara minggu ke-37 sampai ke-42 kehamilan. Tahapan melahirkan normal dimulai dengan kontraksi otot rahim dan diikuti dengan pembukaan leher rahim (serviks) secara bertahap. Setelah itu, otot panggul ibu akan mendorong bayi dan plasenta ke luar melalui vagina.
Kelebihan persalinan normal
1. Kondisi ibu bisa pulih kembali dengan cepat, bahkan dalam waktu 24 jam, bila tidak ada kendala, jbu sudah diperbolehkan meninggalkan rumah sakit.
2. Ibu tidak perlu mengalami risiko akibat operasi, seperti pendarahan, infeksi, reaksi terhadap anestesi, efek sakit yang berkepanjangan, dan stres akibat efek pembedahan.
3. Ibu dapat langsung melihat bayi dan segera memberikan ASI eksklusif secepatnya setelah melahirkan.
4. Risiko bayi memiliki gangguan kesehatan lebih sedikit, misalnya gangguan pernapasan, alergi, asma, dan laktosa intoleran.
Risiko persalinan normal
1. Proses persalinan normal yang lama dapat meningkatkan risiko bayi kekurangan oksigen.
2. Risiko kulit dan jaringan di sekitar vagina meregang dan robek bisa terjadi ketika bayi melewati vagina. Hal tersebut dapat menyebabkan cedera atau melemahnya otot pinggul yang berfungsi mengontrol air seni, sehingga ibu berisiko mengalami inkontinensia urine.
3. Ibu mungkin mengalami sakit di area perineum, yaitu area di antara vagina dan anus. Hal itu karena adanya peregangan saat proses melahirkan.
4. Ibu yang melahirkan normal juga mungkin mengalami cedera, seperti memar pada kulit atau retak tulang, jika ternyata ukuran bayi terlalu besar.
Persalinan Caesar
Persalinan caesar adalah proses melahirkan bayi melalui sayatan dari perut sang ibu. Sebelum pembedahan, dokter akan memberikan obat bius atau anestesi epidural agar area perut yang akan disayat menjadi mati rasa. Setelah obat bius bekerja, dokter mulai membuat sayatan pada perut dan otot rahim, kemudian mengeluarkan bayi secara perlahan. Prosedur ini biasanya tidak memerlukan waktu lama dan bahkan tidak sampai hitungan jam hingga bayi akhirnya berhasil dilahirkan.
Kelebihan persalinan caesar
1. Ibu bisa menentukan sendiri tanggal persalinan, sehingga ibu bisa memilihkan tanggal lahir yang sesuai untuk si bayi.
2. Ibu tidak perlu mengalami kontraksi berjam-jam dan risiko mengalami trauma persalinan lebih kecil.
3. Sangat kecil kemungkinan bayi tertular penyakit infeksi seksual dari ibu. Penyakit menular seksual seperti sifilis, gonore, dan chlamydia bisa ditularkan dari ibu ke anak melalui kelahiran vagina.
Risiko persalinan caesar
1. Ibu mungkin mengalami sakit yang berkepanjangan di bagian yang dibedah dan kemungkinan juga ada komplikasi anestesi.
2. Operasi caesar menyebabkan ibu mungkin kehilangan banyak darah dan bisa juga terjadi penggumpalan darah dalam tubuh ibu. Selain itu, selama operasi caesar berlangsung, mungkin terjadi cedera pada usus besar atau kantung kemih.
3. Ibu tidak dapat langsung memberikan ASI eksklusif kepada bayinya setelah operasi, sehingga ibu belum bisa menjalin ikatan batin dengan bayi.
4. Bayi yang dilahirkan melalui operasi caesar juga berpotensi mengalami hipertensi paru. Hipertensi paru bisa dikenali dari gejala-gejala yang terlihat ketika bayi sudah lahir.
Persalinan normal dan bedah caesar adalah metode melahirkan yang bertujuan untuk memgeluarjan bayi dari rahim dan memastikan kesehatan serta keselamatan ibu dan bayi. Keduanya sama-sama beresiko, menimbulkan sakit atau rasa tidak nyaman lainnya, dan memberikan perubahan pada tubuh ibu.
Dulu, aku sangat menginginkan agar bisa lahiran normal. Akan tetapi, qadarullah karena beberapa alasan, maka tindakan caesar akhirnya menjadi satu-satunya pilihan.
Saat itu, pada usia kehamilan minggu ke-33, aku menderita batuk kering sekaligus pilek selama berhari-hari. 2 pekan aku berobat, tapi kedua keluhanku itu tak kunjung reda. Lambat laun, batuk yang kuderita memicu terjadinya kontraksi yang mengakibatkan keluarnya darah dari jalan lahir. Benar saja, saat aku memeriksakan kandungan pada usia 37 minggu, rahimku sudah berada di pembukaan dua.
Selama lebih dari 24 jam menunggu, pembukaan tak kunjung bertambah. Bidan di puskesmas yang menanganiku segera memberi rujukan pemeriksaan ke rumah sakit, tempat yang memiliki alat kesehatan lebih lengkap. Meski saat USG keadaan ketuban terlihat masih baik, posisi bayi juga sudah tepat, tapi jika mengamati proses pembukaan yang tidak bertambah, dokter tetap khawatir.
Apabila bayi terlalu lama melakukan gerakan mendorong untuk keluar dari rahim, ada kemungkinan stamina bayi akan melemah, detak jantung lambat laun akan menurun, dan sulit mendapat asupan oksigen. Ketika aku bertanya alasan pembukaan tidak bertambah, dokter menjelaskan bahwa bisa jadi aku sedang mengalami stress dan kelelahan. Maka, jalan terbaik yang aku pilih saat itu adalah menyetujui tindakan operasi caesar.
Terlebih dahulu, aku harus menjalani beberapa tes laboratorium untuk memastikan kondisi tubuhku saat itu. Kemudian, aku dibawa ke sebuah ruangan untuk melepas pakaian, melakukan pemasangan infus, kateter, dan yang terakhir bius spinal. Ya, biusnya di akhir. Jadi, sampai sekarang aku masih ingat betul bagaimana rasanya dipasang kateter.
Setelah operasi siap, aku dimasukkan ke dalan ruangan menggunakan brankar dorong. Tubuhku hanya ditutupi dengan selembar selimut tipis. Usai masker oksigen terpasang, dan monitor ICU untuk mengontrol detak jantungku menyala, dokter dan rekan-rekannya memulai pembedahan.
Memang tidak sakit. Hanya saja, setiap tindakan yang dilakukan pada area perutku tetap terasa. Aku mengantuk berat sesaat setelah mendengar tangisan pertama bayiku. Selanjutnya, aku tidak sadarkan diri.
Aku sudah berada di ruangan lain dengn kondisi menggigil hebat, ketika mataku terbuka lagi. Kupikir karena suhu ruangan yang amat dingin, ternyata itu adalah respon tubuhku pasca operasi. Badan menggigil dengan separuh bagiannya yang mati rasa, membuatku berpikir bahwa ajal sudah di depan mata.
Alhamdulillah, ketika sensasi menggigil berangsur reda, aku dipindahkan ke ruang rawat inap. Di ruangan yang baru itu, setengah bagian tubuh yang tadinya kaku, maulai terasa kebas. Hal tersebut diikuti dengan rasa panas di sekujur badan dan rasa pedih di area sayatan.
12 jam setelah operasi, tubuhku masih lemah, luka masih basah, sakit pun belum reda, aku dipaksa untuk bangun, belajar menyusui bayi, belajar berjalan, dan membersihkan diri di kamar mandi. Pergerakanku sangat amat lambat, bahkan mungkin siput saja bisa lebih cepat. Napasku juga seketika menjadi jauh lebih pendek dari sebelumnya, sehingga hanya bergerak ke kamar mandi dari tempat tidur saja, aku sudah ngos-ngosan.
Tiga hari kemudian, aku diperbolehkan pulang. Dua pekan setelah pulang, aku bisa lepas perban. Pada bulan keenam pasca melahirkan, pergerakanku baru bisa dikatakan normal. Hingga anakku telah dewasa nanti, bekas jahitan di perut jadi sebuah cindera mata yang meskipun memudar, tapi tidak akan hilang.
Sebab telah mengalami proses persalinan secara bedah caesar, aku benar-benar merasa jengkel ketika ada oknum-oknum yang memandang sebelah mata jenis persalinan ini. Tidak ada yang lebih hebat antara normal ataupun caesar dengan beragam indikasinya. Ibu dan bayi tetap berjuang di proses yang tidak mudah.
Saya baru tahu dari batuk ternyata bisa mengakibatkan kontraksi. By the way, Saya dua kali melahirkan dan sudah merasa kepayahan. Terkadang merasa heran dengan ibu zaman dahulu yang mayoritas memiliki banyak anak.
BalasHapusQadarullah, batuknya tipe batuk kering, Kak. Aku mengalaminya pun selama hampir 3 pekan dengan kondisi hamil tua (kehamilan masuk trimester 3). Iya, ya, salut sama ibu2 zaman dulu yang anaknya ada yg sampai lebih dari 10
HapusMenjadi pengetahuanku yang belum menikah, smga nanti ketika sudah menikah dan dikaruniai anak dpat lahiran secara normal, sehat dan lancar aamiin
BalasHapusAku tim caesar sih huhuhu. Nggak kuat makkk nahan sakitnya kalau normal. Tapi tetap yaaa apapun jalan lahirnya sama aja sakit semua. Tinggal pilih mau sakit yang mana yang disanggupi
BalasHapusAku dua kali melahirkan pervaginam, Kak. Tapi setiap bayi pun turut memilih bagaimana caranya lahir ke dunia ini. Semua ada perjuangan masing-masing, nggak perlu merasa lebih hebat dari yang lain. Pervaginam atau caesar hanya cara melahirkan saja, nggak ada kaitan dengan sejati tidaknya seorang ibu.
BalasHapus