Rahasia di Balik Mi Instan yang Bikin Ketagihan
Bukan sate, bakso, nasi goreng, atau rendang. Bukan pula cokelat atau keripik kentang. Makanan favoritku ternyata mi instan.
Entah seja kapan aku mulai menyicipinya hingga kemudian suka. Yang jelas, kesadaran kalau aku mengidolakannya muncul baru saja.
Dia adalah makanan enak kaya micin dengan harga yang bisa dijangkau hampir semua kalangan. Ia hadir sebagai camilan saat aku kelaparan tengah malam. Ia selalu siaga ketika statusku masih jadi perantau di tanggal tua. Ia jadi penolong saat aku bangun kesiangan, tapi tak bisa pergi tanpa sarapan. Jasanya banyak, bukan?
Belum lagi kenangannya. Mi rasa rendang dengan kerupuk sebagai menu langganan di kantin sekolah. Mi setengah matang yang dimasak pakai hitter karya teman indekos, membuatku tak bisa lupa kejadian setelahnya. Hitter meledak, karena temanku cuma mengangkat mi-nya tanpa mencabut kabelnya. Lalu, mi goreng yang diorak-arik pakai telur, begitu melekat di hati dan kepala karena itu adalah kesukaan almarhum ayah.
Beberapa waktu belakangan, aku suka makan mi instan dengan tampilan yang ramai. Dicampur sayur, sosis, telur, potongan ayam, atau kerupuk rebus. Selain warnanya menggugah selera, kalau seperti ini jadi gak cuma makan karbo aja.
Nah, dari sekian banyak varian mi yang beredar, ini urutan varian yang menjadi favoritku:
1. Mi goreng original
2. Mi rasa soto
3. Mi rasa rendang
4. Mi rasa ayam bawang
5. Mi rasa kari spesial
Sayangnya, aku baru tahu sebuah fakta kalau mengonsumai mi instan dapat memunculkan dampak buruk bagi kesehatan setelah aku kecanduan dengannya. Mi instan mengandung kansui yang merupakan bahan tambahan pangan berisi garam natrium karbonat (Na2CO3), kalium karbonat (K2CO3), dan/atau kalium polifosfat (KH2PO4). Pada umumnya, kansui digunakan untuk menguatkan tekstur, menjaga kekenyalan, dan warna mie instan. Sementara, bumbu-bumbu mi instan mengandung MSG atau monosodium glutamat yang mereupakan gabungan dari natrium dan glutamat. Kombinasi kedua molekul ini menghasilkan rasa gurih.
Memang, mereka adalah bahan yang aman dikonsumsi, selama dalam batas yang wajar. Akan tetapi, bahan-bahan tersebut bersifat adiktif, mereka mampu mengaktifkan NMDA Reseptor (reseptor glutamat dalam otak), sehingga membuat mulut seakan tak ingim berhenti memgonsumsinya. Kita didorong untuk ketagihan, mengonsumsi makanan dengan bahan-bahan tersebut secara sering. Akhirnya, dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko diabetes, hipertensi, dan pertumbuhan sel kanker.
Maka, sebelum terlalu jauh melangkah dan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Aku mengajak kalian untuk mulai mengurangi konsumsi mi instan dan tidak lupa untuk menambahkan sayur dan protein dalam mi instan yang akan kita makan. Lebih bagus lagi jika kita menggantinya dengan membeli mi tanpa bumbu, lalu meracik bumbunya sendiri dari bahan-bahan alami.
Andai tidak mengetahui sisi gelap dari mi instan ini, saya pasti mengonsumsinya setiap hari. Karena saya pun memang sesuka itu makan mi, apalagi kalau pedas. Namun, lebih baik secukupnya saja, kan, daripada berabe nantinya.
BalasHapusBau mie itu sungguh menggoda u/ ikut makan juga apalagi setelah renang ataupun lagi ujan² gitu hehehe, tapi u/ kesehatan...perlu bangets mengurangi dan menghindari mie instan...
BalasHapuspantesan mie instan bikin ketagihan ya kak, ternyata dari bahannya bersifat adiktif. tapi yang bahaya juga kalo dicampur nasi, jadinya double kalori (meskipun aku sendiri juga sering ðŸ¤)
BalasHapusIyaa banget. Meski enak tapi nggak sehat. Btw sekarang menghindari mie instan itu udah mudah kok. Di medsos udah banyak banget hack resep mi goreng atau kuah yang enak enak
BalasHapusMi instan memang punya daya pikat yang kuat ya, Kak. Terima kasih sudah membagikan fakta tentang mi instan ya, Kak. Memang harus kuat iman untuk membatasi konsumsi mi instan agar tak memberi dampak buruk pada diri kita. Terus semangat mengingatkan dalam kebaikan, Kak.
BalasHapusselera kita beda kak, saya lebih suka indomie soto lamongan xixix
BalasHapusselera kita beda kak, saya lebih suka indomie soto lamongan xixixi
BalasHapusJadi inget mie Inul. Bumbunya bikin sendiri. Semangat kak menulisnya.
BalasHapusBicara mi instan, aku suka yang rasa ayam bawang, Kak. Tapi belakangan suka juga yang ala-ala ramen gitu. Cuma selalu merasa bersalah kalau makan mi instan. Jadi habis itu langsung makan buah dan sayur yang banyak. Iya, aku juga akan tambahkan sayur dan protein ke mi instan, biar nggak merasa bersalah banget hi hi
BalasHapus