Skenario Terbaik

 

Hidup adalah jalinan dari pertanyaan-pertanyaan. Tentang mengapa hari ini terjadi dan bagaimana takdir esok hari? Sehingga perjalanan yang awalnya ditempuh semata untuk menemukan titik sebagai jawaban, justru berujung pada tanda tanya berikutnya.⁣


Seringkali kita kesal ketika jawaban tak kunjung ditemukan. Kita bahkan kecewa tatkala jawaban yang kita terima tidak sesuai dengan apa yang kita sangka. Padahal, Allah sedang meletakkan kita pada sebuah tahapan untuk belajar ilmu atau pengetahuan baru yang bernama hikmah.


Pengalaman pertama tentang pencarian hikmah, kumulai sekitar 9 tahun yang lalu.


Kala itu aku terperangkap dalam jebakan asmara yang tidak halal. Karenanya, studiku yang sedang aku jalani jadi terbengkalai, nilai berangsur turun, sampai pada akhirnya aku harus kehilangan beasiswa. Tibalah aku di bulan ramadan pada suatu tahun yang menjadi titik terendah, tatkala harus kelaparan sebab tak punya satu rupiah pun.


Demi menyambung hidup, kudatangi masjid untuk mendapatkan jatah takjil dan sahur. Pada momen tersebut automatis aku turut serta beribadah dan telingaku sering mendengarkan kajian di sana. Hingga pada suatu hari aku tertampar oleh satu kalimat istimewa,


"Setiap manusia akan mendapati kematian dalam kondisi seperti kebiasaan semasa hidupnya." 


Kalimat tersebut suskses membuatku menangis di tengah aktivitas mengunyah hidangan berbuka. Ketakutan akan dicabutnya nyawa tepat saat aku tengah melakukan kemaksiatan, terbayang-bayang. Betapa aku akan menjadi seorang makhluk yang hina, jika hal itu menjadi nyata.


Setelah hari itu, aku berusaha memperbaiki habbit sebagau seorang muslimah, bertarung dengan godaan untuk menyerahkan diri pada kematian, berjuang untuk bangkit dan meneruskan perjalanan, bersusah payah merangkak ke tujuan. Tiada hari tanpa menyalahkan diri sendiri. Pada setiap detik yang bergulir, penyesalan selalu menghantui, diikuti kalimat-kalimat yang senantiasa bergaung dalam benak, "Mengapa Tuhan mempertemukan aku dengan manusia yang begitu kejam, padahal seumur hidup aku tidak pernah dengan tega membuat orang lain terluka? Andai dulu aku tidak terpedaya, mungkin saat ini aku tidak akan sengsara. Kalau saja waktu bisa diputar kembali."


Beberapa tahun setelahnya, aku menyadari pesan yang ingin Allah sampaikan lewat serangkaian hal ihwal yang telah ia takdirkan. Jika aku tidak terpuruk oleh luka, mungkin aku tidak akan pernah menempuh jalan hijrah, tidak tergerak untuk lebih dalam belajar agama, dan berada dalam kondisi yang 'gitu-gitu aja'. Mungkin aku tidak akan pernah kelaparan, tidak pernah merasakan kuliah sambil kerja, yang membuatku bisa lebih menghargai waktu, uang, dan makanan.


Ternyata depresi yang pernah aku derita sebab pengalaman pahit di masa lalu, adalah perantara Allah untuk menumbuhkan kecintaan terhadap dunia menulis sebagai media terapi jiwa. Ketertarikanku turut serta dalam komunitas menulis, mempertemukanku dengan seseorang yang kini menjadi pendamping hidup.


Pengalaman selanjutnya dalam perjalanan mengeja makna dari sebuah peristiwa, terjadi pada tahun 2020 hingga 2021.


Ayah meminta untuk mempercepat acara pernikahan pada keluarga laki-laki yang saat itu menjadi calon suamiku. Padahal kondisi finansial laki-laki tersebut sedang kacau, bahkan belum memiliki pekerjaan. Sebab ayah mengancam akan menjodohkanku dengan laki-laki lain, jika kami tidak segera menikah, calon suami beserta keluarganya pun menyanggupi permintaan ayah.


Sesuatu yang tidak pernah terpikirkan olehku, terjadi kemudian. Dua bulan setelah aku menikah, kondisi kesehatan ayah menurun drastis. Beliau mngembuskan napas terakhirnya, usai dua minggu menjalani perawatan intensif.


Rupanya, permintaan ayah untuk mempercepat pernikahanku adalah cara istimewa dari Allah agar ayah bisa menyelesaikan tugas terakhirnya.


Begitulah cara kerja sekolah kehidupan. Manusia diberikan ujian terlebih dahulu berupa kesalahan yang menimbulkan penyesalan dan kegagalan yang menciptakan kekecewaan, sebelum memahami pelajaran baru yang membawa mereka lebih dekat pada Allah, yang menjadikan pribadi mereka tumbuh lebih indah.


Segala bentuk kejadian yang menimpa manusia tidak ada yang sia-sia. Pertemuan, perpisahan, perselisihan, kehilangan, bahkan sesederhana kelilipan, tersedak, tersandung, terbangun karena digigit nyamuk, atau melihat buah apel jatuh, sudah ada dalam perencanaan Allah. Kejadian-kejadian itu menyimpan pesan istimewa dari dzat Yang Maha Agung untuk hamba-Nya.


Maka, sekacau apapaun keadaan kita hari ini, semoga tidak lupa untuk senantiasa berbaik sangka pada Allah. Yakinlah, bahwa pertanyaan-pertanyaan kita akan Dia jawab di waktu yang tepat

Komentar

  1. Masya Allah, tulisannya benar-benar hidup dan membawa pembaca seakan ikut menjalani kisahnya.

    BalasHapus
  2. kadang hikmah memang tidak bisa langsung kita rasakan, harus melalui serangkaian proses dulu baru memahami "oh ternyata ini maksudnya Allah menakdirkan hal itu"

    BalasHapus
  3. Definisi writting u/ healing dan dapet pendamping, masyaallah tabarakallah kak

    BalasHapus
  4. Emosinya sampai sini kak. Kadang allah meminta kita bersabar sampai waktu yang tepat menurut-Nya tiba.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer