Toilet Training : Satu Langkah Si Kecil untuk Siap Hidup Mandiri

Setiap kali melangkah ke pergantian proses tumbuh kembang si kecil, perasaan ibu mana sih yang tidak berdebar? Mulai dari melatihnya untuk pandai menyusu, makan, berdiri, berjalan, menyapih, termasuk mengajarinya buang air secara mandiri. Istilah yang umum digunakan ialah toilet training.

Pasti akan banyak sekali pertanyaan yang muncul di benak ibu ketika hendak memasuki proses ini.
Kapan memulai toilet training?
Bagaimana cara mengawalinya?
Apa saja yang harus dilakukan dan disiapkan?
Berapa lama waktu yang dibutuhkan?
Apakah aku dan anakki bisa sukses melewati itu?
dan mungkin masih ada lagi pertanyaan yang lainnya.

Sebenarnya, kunci utama memulai toilet training adalah kesiapan dua belah pihak yakni orang tua dan anak. Sebagai orang tua harus sadar sepenuhnya terhadap kondisi yang sedang dijalani, apakah mendukung untuk menerapkan toilet training secara konsisten hingga lulus atau belum?

Jangan sampai proses ini akhirnya dilakukan dengan tergesa-gesa hingga menciptakan kesan memaksa pada anak. Jika demikian, dikhawatirkan toilet training akan membentuk trauma buruk pada memori anak, menjadikannya sebagai hal yang menakutkan. Bukannya cepat lulus, justru perjalanan jadi berputar-putar dan semakin panjang.

Sama halnya dengan proses belajar yang lain, toilet training harus dilakukan secara menyenangkan. Buatlah anak percaya diri, sehingga keberhasilan segera tercapai.

Aku dan anakku merasa siap memulai toilet training ketika dia berusia 20 bulan. Kami pengguna clodi dan saat itu di wilayah kami tinggal sedang dilanda musim hujan. Clodi yang dicuci jadi lama keringnya.

Suatu malam, kami tidak memiliki stok clodi kering. Aku pun mengambil karpet berbahan anti air untuk melapisi kasur, agar ketika anakku buang air, kasur tidak ikut basah. Permukaan karpet tersebut kulapisi dengan sehelai sarung berbahan katun, supaya tubuh anakku yang tidur di atasnya terasa lebih nyaman.

Keesokan harinya, saat dia bangun, aku tidak menemukan sedikitpun bagian yang basah di tempat tidur yang menandakan bahwa sepanjang malam dia tidak buang air. Aku pun segera membawanya ke kamar mandi agar buang air di sana. Dari kejadian tersebut, bisa kusimpulkan bahwa anakku sepertinya sudah siap toilet training.

Berikut hal-hal yang aku terapkan selama proses toilet training :

1. Tidak lagi memakaikan clodi, kecuali ketika sedang bepergian

2. Mendorongnya buang air kecil dengan mengantarnya ke kamar mandi selama 2 jam sekali, ketika hendak tidur, dan setelah bangun tidur.

3. Selalu mengulang penjelasan bahwa jika ia ingin buang air, harus menyampaikan keinginannya tersebut. Sebagai contoh, "Kalau ingin buang air, bilang ke bunda, ya. Karena kamu sudah harus buang air di kamar mandi. Nanti, biar bunda bantu."

4. Memperhatikan tanda-tanda anak ingin buang air. Biasanya akan terlihat dari gestur tubuh atau mimik wajah yang sedang merasa tidak nyaman atau sedang menahan sesuatu.

5. Mengajari anak sambil memberi contoh bahwa buang air sambil jongkok, baik itu buang air besar atau buang air kecil. Di sini aku mempertimbangkan dari segi kesehatan, ajaran Rasulullah (karena aku sekeluarga muslim), dan kemudahan dalam mengajari serta membersihkan.

6. Mengingatkan diri sendiri kalau menjumpai air kencing atau feses yang tercecer di lantai, adalah bagian dari proses. Memanfaatkan momen tersebut sebagai sarana belajar, bahwa akibat jika tidak buang air di kamar mandi, akan membuat badan, pakaian, serta lantai rumahnya bau dan kotor.

7. Tidak lupa untuk selalu memberi apresiasi ketika anak audah berhasil buang air kecil di toilet.

Alhamdulillah, setelah 2 bulan konsisten, proses tersebut membuahkan hasil. Anakku tidak lagi mengompol, buang air kecil dan besarnya selalu di kamar mandi.

Namun, ini belum bisa dikatakan lulus, krena ternyata tahapan toilet training itu meliputi melepaskan pakaian, buang air, membersihkan bagian tubuh sekitar tempat buang air, menyiram toilet, mencuci tangan, dan memakai pakaian kembali. Target lulus baru bisa diperoleh ketika anak sudah mampu melakukan semua tahapan tersebut secara mandiri.

Wah, berarti perjalanan toilet training kami masih cukup panjang, ya. Kami pun perlu mengajarkan anak agar mampu buang air kecil dan besar di dua jenis toilet berbeda.

Apa yang aku terapkan pada anakku ketika kami mengawali toilet training, tidak lepas dari anjuran ahli kesehatan yang aku jumpai ketika membaca artikel dan jurnal online, atau mengikuti diskusi parenting secara daring.

Berikut tanda kesiapan fisik, mental, dan psikologi anak menurut ahli kesehatan :

Kesiapan fisik
1. kontrol volunter kandung kemih dan sfingter uretra, biasanya pada usia  18-24 bulan.
2. Kemampuan untuk kering selama 2 jam.
3. Ada gerakan usus yang regular.
4. Kemampuan motoric kasar (seperti duduk, berjalan)
5. Kemampuan motoric halus sudah (membuka baju)

Kesiapan mental
1. Mengenal rasa yang datang tiba-tiba untuk berkemih dan devekasi
2. Komunikasi secara verbal dan non verbal jika ingin berkemih dan devekasi
3. Ketrampilan kognitif untuk mengikuti perintah dan meniru perilaku orang dewasa

Kesiapan psikologis
1. Dapat duduk atau jongkok ditoilet selama 5-10 menit tanapa berdebat
2. Mempunyai rasa penasaran atau rasa ingin tahu terhadap kegiatan orang dewasa dalam buang air
3. Merasa tidak betah dengan kondisi basah, adanya benda padat lembek dan ingin diganti segera

Benda-benda yang perlu disiapkan

1. Celana dalam anak dalam jumlah yang cukup. Minimal 12 lembar. Selalu biasakan untuk langsung mencuci saat celana dalam tersebut kotor.
2. Toilet khusus anak / potty chair / pispot anak, jika kita terbiasa dengan toilet duduk.
3. Alas ompol untuk dipakai tidur
4. Kain-kain tidak terpakai untuk mengepel air kencing atau feses yang tercecer.

Toilet training bukan sekadar tentang lepas popok dan bisa buanh air di kamar mandi, apalagi dijadikan sebagai ajang perlombaan antara anak satu dan lainnya. Ini adalah salah satu tahap tumbuh kembang anak. Di dalamnya ada latihan untuk menumbuhkan rasa percaya diri bahwa anak telah siap dan bisa hidup mandiri. Ada pembelajaran agar anak lebih peduli untuk menjaga kesehatan dan kebersihan tubuhnya.

Komentar

Postingan Populer