Ulah Mbak Meta Saat Idul Adha
Readers, kalian pernah mengalami kehilangan akun instagram tidak?
Seumur hidup aku telah mengalaminya dua kali. Pertama karena diretas dan dijadikan akun pornografi, kedua karena alasan yang tidak jelas.
Mengapa tidak jelas?
Memang sih, Si Meta telah menyebutkan bahwa akunku melanggar pedoman komunitas. Akan tetapi, dia tidak menjabarkan secara detail, aktivitas seperti apa dari akunku yang masuk dalam kategori melanggar.
Padahal, akun instagramku bersih dari konten kekerasan, asusila, hoax, dan sebagainya. Sebagai pemilik akun, aku pun tidak pernah melakukan spam seperti like dan comment. Maka, terang saja aku sebal bukan main ketika dia menghapus akunku secara kejam dan subjektif.
Halah, santai aja kali. Kan cuma akun instagram.
Bagi orang-orang yang menggunakan instagram sekadar untuk hiburan, bisa saja gak akan sesebal aku. Hilang, ya bikin lagi. Ditutup, ya buka yang baru lagi.
Namun, bagi pegiat seni, literasi, dan bidang lain yang memanfaatkan instagram sebagai media untuk memublikasikan hasil kerja atau karya mereka, apalagi memperoleh pundi-pundi rupiah dari sana, penonaktifan akun secara permanen, tentu akan sangat mengganggu. Contohnya seperti aku.
Sejak 2018, aku merawat akun instagram dengan username @kak.uswa. Ku-branding dia dengan karya tulis, review buku, konten sharing seputar pengalaman pribadi sebagai ibu, dan catatan perjalanan.
Tahun 2024, dia mulai menjajaki dunia endorssment dan marketing campaign dengan beberapa brand. Sayangnya, pergerakan yang dimulai pada awal Januari itu, harus disudahi secara paksa pada pertengahan Juni. Tentu, dengan kondisi barisan proyek yang menanti diselesaikan.
Bagaimana aku bisa santai?
Bayangin aja, sesuatu yang udah aku rawat selama 6 tahun hilang secara tiba-tiba ketika dia lagi rindang dan buahnya bermunculan.
Tulisanku, desain gambar yang kubuat, dan konten video yang gak ada lagi salinannya, ikut raib tanpa jejak.
Sekumpulan peluang untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah darinya pun melayang.
Ya sedih, ya kesel, tapi gak ada yang bisa aku lakukan untuk mengembalikan lagi sesuatu itu.
Dari pagi, siang, sore, hingga malam, pandangan serta jemariku tak lepas dari smartphone. Aku coba memunculkan harapan baru dengan membuat akun instagram lagi, meski aku juga sadar bahwa untuk menyamai dia yang telah hilang, prosesnya gak segampang membalikkan telapak tangan. Gak apa-apa, setidaknya udah usaha, biar overthinking berkurang dan tidak menyesal di hari kemudian.
Setelah direnungkan, ternyata Allah memberiku peringatan atas kejadian kemarin.
Baru akun instagram dengan followers yang jumlahnya gak seberapa jika dibandingkan dengan content creator besar, aku udah kelimpungan. Bagaimana kalau materi dalam jumlah banyak atau bahkan orang tersayang yang pergi mendadak?
Apakah aku akan jadi gila?
Satu hal lagi yang buatku cukup tertegun setelah menyadarinya. Apa yang aku alami itu, terjadi tepat di momen idul adha. Ya, walaupun selisih dua hari setelah 10 Dzulhijjah, tapi masih dalam suasana idul adha.
Readers, ingat kan, kisah apa yang diteladani umat islam ketika idul adha?
Nabi Ibrahim yang hendak menyembelih Nabi Ismail—putera yang kehadirannya ditunggu puluhan tahun lamanya—bukan sekadar gambaran manusia yang harus taat pada Tuhannya. Lebih dari itu, peristiwa tersebut mengajarkan pada umat manusia agar tidak terlalu erat menggenggam dunia.
Apa yang saat ini bisa kita pegang, kita rawat, dan tumbuhkan, hanyalah titipa Allahh yang bisa diambil dengan berbagai cara di waktu yang tidak disangka-sangka. Jika masa itu tiba, manusia tidak akan berdaya dan hanya bisa pasrah.
Jadi, lepaskan rasa terlalu memiliki atas segala sesuatu dan kecenderungan bergantung pada selain Allah. Rawat dan manfaatkan baik-baik apa yang Allah beri dengan pemahamam bahwa apa yang kita lakukan kelak dimintai pertanggungjawaban.
Aku tuh beberapa waktu lalu dua kali di-suspend sama Instagram, Kak. Ini ada kaitan nggak ya dengan keaktifan share tentang Palestina. Soalnya isi IG aku juga nggak aneh-aneh. Aku bahkan sampai hari ini nggak bisa baca hashtag. Aneh banget ya Kak. Tapi ya sudahlah ya, he-he
BalasHapusAku gak yakin, Kak. Tapi sempat berpikir seperti itu. Karena sejak Mei sampai Juni, aku lumayan sering share tentang Palestina di IG Story, share tentang bahaya UPF dan screentime.
HapusSejak aktif di 3 hal itu, sering tuh tiba-tiba aku diminta ajukan banding.
Padahal itu cuma di Ig Story. Kalau feedku isinya tantangan nulis
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusakhir-akhir ini aku sering denger kasus serupa dari content creator, kebanyakan karena mereka vokal menyuarakan Palestina. Entah kenapa ya meta bisa sensitif banget soal itu, makanya beberapa mulai menyamarkan kata-kata yang berkaitan dengan palestina biar akun tetap aman tapi juga tetap bersuara. Semoga akunnya bisa kembali ya kak
BalasHapus