Bantal dan Guling
Pada tiap-tiap diri yang menyandang status sebagai orang tua, pasti tumbuh kemauan untuk senantiasa menghadiahkan hal-hal terbaik bagi buah hati mereka. Kepentingan pribadi seringkali dibaikan, demi bisa mengutamakan kebutuhan putra-putrinya. Sumber bahagia serta tenangnya jiwa ialah senyum yang senantiasa terukir di wajah darah dagingnya. Sedangkan mimpi buruk paling menakutkan ialah kesakitan yang diderita pelerai demam mereka.
Rupa-rupa rasa itulah yang menghiasi hari-hari Sumiati dan Sunarto sejak mereka dikaruniai anak pertama hingga keempat. Bukan hanya tanggung jawab yang menjadi dasar, cinta kasih ikut ambil bagian dari lahirnya rupa-rupa ikhtiar untuk kesejahteraan anak-anak mereka. Meski tidak bergelimang harta, tak setiap yang diingini si buah hati bisa mereka beri, paling tidak, kehidupan yang serba kekurangan bisa dihindari.
Seperti hari itu, ketika Lastri si bungsu yang berusia sembilan tahun diketahui mengalami demam yang naik turun selama enam hari lamanya. Makan tak selera, sampai muntah-muntah. Maka, pada hari ketujuh, tatkala Sunarto bersiap pergi bekerja, Sumiati mencegahnya.
"Pak, sebelum pergi kerja, kita bawa Lastri dulu, ya, ke puskesmas di kecamatan. Ibu khawatir, dia kenapa-kenapa. Sudah diberi obat oleh bidan desa, tapi keadaannya makin parah."
Sunarto segera pergi ke wartel terdekat yang berjarak 1 kilometer dari rumahnya. Di sana, ia menelepon si juragan untuk izin tidak masuk kerja.
"Anak saya sakit, Pak. Saya harus antarkan periksa dulu, karena istri saya kesusahan kalau mengantarnya sendirian."
"Yaudah, kalau gitu muatanmu aku oper ke sopir lain, ya. Kalau urusan sama anak udah selesai, langsung saja pergi ke gudang," kata juragan Sunarto di sambungan telepon.
"Baik, Pak. Terima kasih."
Sunarto lalu memesan dua ojek motor di pengkolan. Satu untuk menumpangi dirinya, yang lain untuk memenumpangi anak dan istrinya.
"Bu, Pak, ada kemungkinan, Lastri terkena thypus dan demam berdarah. Ini masih kemungkinan, ya, karena peralatan yang kami pakai di sini masih kurang memadai. Maka dari itu, untuk mendapatkan diagnosis yang lebih akurat, Lastri harus dirujuk ke rumah sakit yang ada di kabupaten, fasilitas kesehatan yang peralatannya jauh lebih lengkap dari puskesmas. Di sana juga ada dokter, sementara di sini baru ada mantri dan bidan saja."
Usai mendengar penjelasan dari seorang mantri, Sunarto dan Sumiati berunding mengenai rencana membawa Lastri ke rumah sakit.
"Bagaimana, ini, Pak?"
"Uang tabungan ada kan, Bu?"
"Ada, Pak."
"Di mana Ibu simpan bukunya?"
"Ada dalam lemari, di bawah tumpukan baju."
"Baiklah. Ibu tunggu di sini sama Lastri. Bapak yang pulang siapkan baju-baju, perlengkapan lainnya, dan sekalian ambil uang. Jaga-jaga kalau Lastri nanti harus rawat inap."
*****
Beberapa saat kemudian, Sunarto kembali dengan membawa satu tas jinjing berisi aneka macam perlengkapan pribadi.
"Pak, ada yang kurang," kata Sumiati setelah mengecek isi tas.
"Apa, Bu?"
"Bantal dan gulingnya Lastri. Bapak kan tahu kalau dia gak bisa tidur tanpa bantal dan guling kesayangannya itu."
"Oh iya, bapak lupa. Yasudah, bapak ke rumah lagi, ambil bantal dan gulingnya Lastri. Ada lagi gak, Bu, yang ketinggalan?"
"Gak ada, Pak. Jangan lama-lama, ya. Ambulannya sudah menunggu."
*****
Lastri dinyatakan positif thypus dan demam berdarah setelah melakukan pemeriksaan di rumah sakit. Hal tersebut membuatnya harus menjalani rawat inap selama tujuh hari. Terpaksa, Sumiati menjaga putri bungsunya seorang diri, sebab Sunarto tentu harus tetap bekerja, agar selalu cukup kebutuhan keluarganya, juga bisa terisi kembali
Saya dan suami pernah ada di posisi Sumiati dan Sunarto. Saat si Cikal berusia lima tahun lebih, dia terkena DB dan typus, persis seperti Lastri. Makanya, hingga kini saya kerap overthingking kalai anak demam. Bahkan, si Cikal dua kali kena DB-nya.
BalasHapusjadi keinget dulu pas masih kecil juga sering sakit-sakitan dan bolak-balik RS. Mungkin ortu saya riweuhnya sama kayak Pak Sunarto dan Bu Sumiati ini kali, ya
BalasHapusSo sad. Remuk banget kalau anak sakit tuh, apalagi harus dirawat di rumah sakit
BalasHapusSaat anak sakit, rasanya diri ini ikut sakit. Tidak tega melihatnya terbaring lemah.
BalasHapus